Ki Sawung Rahsa: Dari Wirid Pengawal hingga Nahkoda FKPPAI, Menatap Estafet Kepemimpinan ke Generasi Srikandi

Jakarta – Ketua Umum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI), Ki Sawung Rahsa, menuturkan perjalanan panjangnya dari awal merintis karier di dunia spiritual hingga dipercaya memimpin organisasi yang kini berusia lebih dari dua dekade.

FKPPAI sendiri berdiri pada 27 Januari 2001. Sejak awal, organisasi ini mendapatkan apresiasi luas, bahkan pada Oktober 2001, Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, memberikan kontribusi penting berupa Nawa Dharma—kode etik bagi para paranormal. Menurut Ki Saung, hal itu menunjukkan visi jauh ke depan seorang Gus Dur.

“Itu isyarat bahwa FKPPAI akan berumur panjang. Banyak organisasi sejenis yang hanya seumur jagung, tapi FKPPAI bisa bertahan 24 tahun dan tetap eksis,” ungkap Ki Sawung di tempat prekteknya di Kawasan TMII Pintu II, Jakarta Timur, Jumat (26/9/2025).

Ki Sawung Rahsa Ketua Umum Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI). (Foto : Fah).

Kisah awal Ki Sawung bersama FKPPAI cukup unik. Ia bercerita ditugaskan seseorang yang ia panggil “Pak De” (kakak dari pak Mas’ud) untuk membaca wirid. Saat itu, ia belum mengetahui tujuannya, hingga akhirnya tiba di Hotel Kebayoran Inn, Jakarta Selatan, yang menjadi lokasi pertemuan ratusan paranormal mendirikan FKPPAI pada Januari 2001. Sejak momen itu, Ki Saung terus aktif, mulai dari mengikuti kegiatan arisan, tampil dalam acara televisi bersama FKPPAI, hingga dipercaya menjadi pengurus inti.

Karier organisasinya menanjak, dari Ketua Bidang Peningkatan Kualitas Keanggotaan, Wakil Sekjen, hingga dipercaya menjadi Ketua Umum pada tahun 2022.

“Orang boleh sakti, tapi untuk memimpin organisasi perlu manajemen. Itu yang membuat saya akhirnya dipercaya menjadi ketua,” terang spiritualis yang dikenal low profile ini.

Sebagai ketua, Ki Sawung melakukan terobosan dengan mengembalikan sistem kepengurusan sesuai AD/ART, membenahi administrasi, serta menjalin sinergi dengan lembaga negara seperti Kejaksaan dan Kemenkumham. Ia menekankan pentingnya menjaga empat pilar bangsa: UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

FKPPAI saat ini memiliki sekitar 100 ribu anggota yang terdata secara administratif, tersebar di Indonesia maupun luar negeri, termasuk Malaysia, Thailand, Austria, dan Belanda. Dukungan tokoh nasional juga terus menguat. Saat ini, FKPPAI dibina oleh tokoh-tokoh penting seperti Jenderal TNI (Purn) Wiranto dan Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal.

Menjelang Musyawarah Nasional (Munas) FKPPAI dalam 1,5 tahun ke depan, Ki Sawung menekankan pentingnya kaderisasi kepemimpinan. Ia menegaskan tidak berambisi untuk maju kembali sebagai ketua umum.

“Menjadi ketua itu banyak mengorbankan biaya pribadi. Saya ingin ada kader baru yang bisa melanjutkan perjuangan, bukan untuk kepentingan pribadi,” jelasnya.

Menariknya, Ki Sawung melihat peluang besar bagi kaum perempuan untuk tampil sebagai pemimpin. Ia menyebut saatnya giliran “Srikandi FKPPAI” yang selama ini aktif menggerakkan roda organisasi.

“Emansipasi harus jalan. Perempuan jumlahnya banyak di FKPPAI, mereka aktif dan penuh kepedulian. Saya rasa sudah waktunya mereka naik,” urainya.

Dengan dukungan para sesepuh, pembina, dan kader muda, Ki Sawung optimis FKPPAI akan terus berkontribusi bagi masyarakat, menjaga tradisi spiritual nusantara, sekaligus sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *