Gunadi Lie: ” Tahun Kuda Api ” Peluang Kuliner dan B2B Jadi Sektor Menjanjikan 2026

Jakarta — Pakar Astrologi Pola (Astrology Pattern Recognition Specialist), Gunadi Lie, memprediksi bahwa tahun 2026 yang memasuki siklus Tahun Kuda Api akan menjadi periode dengan energi besar, semangat tinggi, namun juga sarat risiko. Menurutnya, dalam khasanah astrologi yang berlandaskan konsep yin dan yang, tidak ada tahun yang sepenuhnya baik ataupun buruk.

“Semua terjadi untuk mencapai keseimbangan,” ujarnya Kawasan Roxy, Jakarta Barat, Selasa (9/12/2025).

Gunadi menjelaskan bahwa unsur api pada 2026 akan sangat dominan. Energi ini dapat meningkatkan gairah, motivasi, dan pergerakan besar dalam berbagai sektor. Namun, ia mengingatkan bahwa semangat tinggi tanpa kewaspadaan dapat menjadi jurang kehancuran.

Ia menyoroti bahwa ketika unsur api terlalu kuat, masyarakat perlu waspada terhadap masalah kesehatan yang berkaitan dengan “penyakit api”, seperti gangguan jantung, saraf, dan mata. Dari sudut pandang ekonomi, kondisi ini juga berpotensi meningkatkan kebutuhan layanan kesehatan pada bidang-bidang tersebut.

“Dokter-dokter akan panen karena rumah sakit akan banyak menangani penyakit-penyakit ini,” katanya.

Selain itu, Gunadi menilai sektor kuliner juga berpotensi bersinar pada 2026. Indonesia sebagai “surga kuliner” dengan ribuan ragam makanan dari Aceh hingga Papua dinilai akan tetap menjadi kekuatan ekonomi tersendiri.

Prediksi Ekonomi 2026: Mulai Bertunas, Belum Berbuah

Menurut Gunadi, gambaran ekonomi nasional pada 2026 akan memasuki fase awal pemulihan. Ia mengingatkan bahwa pada tahun 2025 banyak pakar memprediksi kondisi bisnis akan memburuk—dan kenyataannya rakyat memang menghadapi masa sulit. Namun, pasar modal justru menunjukkan anomali: IHSG yang sempat berada di level 6.500 kini telah menembus sekitar 8.500, meski sempat anjlok drastis dan bahkan dihentikan sementara.

“Indeks saham naik, yang seharusnya menunjukkan ekonomi membaik, tapi kenyataannya rakyat masih kekurangan uang,” jelas Gunadi. Ia menilai perubahan mulai terlihat sejak Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, mulai mendorong percepatan perputaran uang yang sebelumnya tersendat.

Gunadi memaparkan bahwa pemerintah menargetkan penyediaan dana sekitar Rp200 triliun sebagai pemicu perputaran ekonomi yang diharapkan dapat menciptakan dampak hingga Rp1.000–Rp1.200 triliun. Namun, efek ini tidak dapat terjadi cepat.

“Butuh dua sampai tiga tahun. Ekonomi kita ibarat pohon yang mulai bertunas—belum bisa dipetik hasilnya,” terangnya.

Karena itu, ia menilai bahwa pada 2026 uang akan lebih banyak bergerak di perusahaan-perusahaan besar dengan Business to Business, (B2B) untuk perencanaan, investasi, dan pembangunan. Sementara itu, masyarakat umum dan UMKM kemungkinan baru akan merasakan dampaknya pada 2027.

“Semua bergantung pada bagaimana Menteri Keuangan Purbaya dan Presiden Prabowo menyalurkan injeksi dana itu agar benar-benar menyentuh rakyat,” tegas Gunadi. “Saat ini kita memasuki masa bertunas—tinggal menunggu waktu untuk berbuah.” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *