Film Lintrik: Horor Kearifan Lokal Banyuwangi, Suguhkan Misteri Ilmu Pemikat Jawa Kuno, Tayang 11 September 2025

Jakarta – Di tengah dominasi film horor tanah air, Prama Gatra Film bersama Rumah Semut Film menghadirkan warna baru lewat karya berjudul Lintrik: Ilmu Pemikat. Film ini mengangkat kearifan lokal budaya Banyuwangi dengan balutan misteri dan horor psikologis, siap tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 11 September 2025.

Ide Lintrik berawal dari ketertarikan Produser Asye Siregar ketika melihat film pendek karya komunitas film Banyuwangi di akhir 2022.

Lintrik sendiri adalah sejenis ilmu pelet atau pengasihan Jawa kuno yang hanya bisa dilakukan dukun wanita melalui ritual tertentu. Efeknya kuat, meski hanya sementara,” jelas Asye dalam preskonnya di Epicentrum XXI, Jakarta, Senin (25/8/2025).

Bu Asye Siregar (Produser) bersama Irham Acho Bahtiar (Sutradara) dan para cast film “Lintrik : Ilmu Pemikat”. (Foto : Fah)

Ia menambahkan, komunitas film Banyuwangi kemudian diajak resmi bergabung sebagai konsultan budaya, memastikan film ini otentik dalam menggambarkan kehidupan sosial dan kearifan lokal.

Disutradarai oleh Irham Acho Bahtiar—yang sebelumnya dikenal lewat film komedi Epen Cupen the Movie dan Security Ugal-ugalan—film ini menjanjikan horor dengan lapisan psikologis mendalam.

Kekuatan cerita menjadi andalan. Setiap adegan punya informasi penting. Jika ada yang terlewat, bisa memutus pemahaman hingga akhir film,” ungkap Irham.

Film Lintrik bercerita tentang Sari, perempuan yang mendambakan kehidupan mapan sebagai ibu rumah tangga. Demi cintanya di masa lalu, ia mencoba menggunakan ilmu lintrik untuk merebut hati lelaki pujaannya yang kini sudah beristri. Namun langkah itu justru menyeretnya ke dalam konspirasi besar, dengan jawaban yang hanya terungkap di penghujung film.

Selain menggandeng aktor nasional seperti Donny Damara, Yatti Surachman, Meisya Amira, Karina Icha, Akbar Nasdar, Fannita Posumah, hingga pendatang baru Teguh Ryder, film ini juga menampilkan maestro tari Gandrung Mak Temu Misti dan seniman Banyuwangi Mas Yon DD. Bahasa Osing serta festival budaya Banyuwangi turut dihadirkan, memperkuat nuansa lokal. Sejumlah lokasi ikonik seperti De Djawatan, Patung Terakota, pantai, dan pusat kota Banyuwangi ikut mewarnai layar.

Berbeda dari horor kebanyakan, Lintrik tidak hanya mengandalkan jumpscare dan penampakan. Film ini lebih menitikberatkan pada suasana mencekam, misteri berlapis, dan sisi gelap psikologis manusia.

Kami ingin menghadirkan horor yang kuat pada cerita, bukan sekadar menakut-nakuti,” pungkas Asye Siregar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *