Jakarta — Sutradara dan produser kenamaan Joko Anwar bersama rumah produksi Come and See Pictures merilis karya terbaru berjudul Legenda Kelam Malin Kundang, sebuah film yang menafsirkan kembali kisah rakyat ikonik Indonesia ke dalam balutan drama misteri modern. Film ini merupakan debut penyutradaraan Rafki Hidayat dan Kevin Rahardjo, yang sebelumnya berproses melalui klinik penulisan skenario serta pengalaman magang di Come and See Pictures.
Film yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai 27 November 2025 ini mengangkat tema trauma lintas generasi (intergenerational trauma). Melalui kisah tokoh utama Alif (Rio Dewanto), seorang pelukis micro painting yang hidup harmonis bersama keluarga kecilnya, penonton diajak menelusuri rahasia kelam masa lalu ketika sosok ibu (Vonny Anggraini) tiba-tiba hadir dan mengusik kehidupannya.
Selain Rio Dewanto, film ini juga dibintangi Faradina Mufti, Vonny Anggraini, Jordan Omar, Sulthan Hamonangan, Gambit Saifullah, Nova Eliza, dan Tony Merle. Legenda Kelam Malin Kundang diproduseri Joko Anwar dan Tia Hasibuan, serta diproduksi bersama Rapi Films, Legacy Pictures, dan Barunson E&A sebagai world sales agent.
Menurut Joko Anwar, film ini tidak hanya berbicara tentang keluarga, tetapi juga refleksi atas beban generasi sebuah bangsa.
“Pertanyaan yang kami bawa: apakah generasi penerus harus selalu menanggung beban dari generasi sebelumnya, ataukah bisa memulai dari kertas kosong?” ujarnya.
Bagi Joko, film ini juga menjadi bukti pentingnya regenerasi di industri perfilman Indonesia. “Kita butuh suara-suara baru dari generasi muda agar film Indonesia semakin beragam,” tambahnya.
Para sutradara debutan Rafki dan Kevin menegaskan film ini dibangun dengan kejujuran dari keresahan pribadi mereka, sementara para pemain seperti Rio Dewanto dan Faradina Mufti menilai film ini menawarkan lapisan karakter yang dalam serta reinterpretasi segar dari kisah rakyat Malin Kundang.
Dengan sentuhan misteri, drama keluarga, dan reinterpretasi budaya, Legenda Kelam Malin Kundang hadir sebagai refleksi sosial sekaligus ruang bagi generasi baru sineas Indonesia untuk bersuara.